{"id":12434,"date":"2023-10-10T16:29:04","date_gmt":"2023-10-10T09:29:04","guid":{"rendered":"https:\/\/fazz.com\/?p=12434"},"modified":"2024-01-12T15:23:55","modified_gmt":"2024-01-12T08:23:55","slug":"perbedaan-reseller-dan-dropship","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/fazz.com\/id\/newsroom\/business\/perbedaan-reseller-dan-dropship\/","title":{"rendered":"7 Perbedaan Reseller dan Dropship, Mana yang Lebih Untung?"},"content":{"rendered":"\n

Pelaku bisnis online <\/em>harus memahami perbedaan reseller<\/em> dan dropship<\/em>. Sebab, meskipun keduanya memiliki beberapa ciri yang sama, tetapi keduanya juga memiliki perbedaan yang menentukan cara kerja dan pembagian keuntungan. <\/p>\n\n\n\n

Kedua sistem bisnis ini menjadi peluang usaha yang potensial<\/a>. Apakah Anda tertarik? Yuk, simak!<\/p>\n\n\n\n

Pengertian Reseller<\/em> dan Dropship<\/em> <\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Resell<\/em> dan dropship <\/em>merupakan dua teknik atau cara jualan online<\/em><\/a>. Kedua istilah tersebut sama-sama menjual kembali sebuah barang dari penjual lain kepada konsumen. Lalu apa yang membedakan keduanya?<\/p>\n\n\n\n

1. Reseller<\/em><\/h3>\n\n\n\n

Resell, <\/em>atau pelakunya disebut sebagai reseller<\/em> adalah<\/strong> teknik bisnis online<\/em><\/a> <\/em>yang dilakukan dengan cara membeli barang dari penjual lain, lalu menjualnya kembali kepada konsumen. Ciri penting dari reseller <\/em>adalah membeli dan menampung stok barang sebelum dijual kembali. <\/p>\n\n\n\n

Reseller <\/em>hanya membeli dan mengeluarkan modal sesuai dengan barang yang sudah dipesan pelanggan dimana pelaku bisnis ini biasanya akan menjual kembali barang dengan harga yang lebih mahal daripada supplier<\/em>-nya. Reseller <\/em>akan membeli barang dagangannya tersebut dalam jumlah banyak serta dengan harga spesial yang ditawarkan oleh supplier<\/em>-nya (harga reseller<\/em>) atau harga murah yang bertujuan untuk dijual kembali.<\/p>\n\n\n\n

Menjalankan bisnis online<\/em> dengan cara menjadi resell<\/em>er memungkinkan pelaku bisnis dapat melakukan kontrol penuh terhadap penjualan, penetapan harga, dan lainnya sehingga mudah untuk meningkatkan penjualan<\/a>. Seorang reseller<\/em> umumnya juga dianggap memiliki kredibilitas lebih baik, karena memiliki dan memahami produk yang dijual.<\/p>\n\n\n\n

Baca juga : <\/strong>Tips Memulai Usaha Reseller dan Cara untuk Dapatkan Modal<\/a><\/p>\n\n\n\n

2. Dropship<\/em><\/h3>\n\n\n\n

Dropship<\/em>, atau pelakunya disebut sebagai dropshipper<\/em> adalah<\/strong> teknik jualan online<\/em> yang dilakukan dengan cara memasarkan barang dari penjual lain. Artinya, seorang dropshipper<\/em> tidak perlu memiliki barang dan hanya cukup memiliki gambaran atau informasi produk untuk ditawarkan kepada konsumen. <\/p>\n\n\n\n

Menjalankan bisnis online<\/em> dropship<\/em> memungkinkan seseorang memulai usaha tanpa modal. Risiko yang ditanggung oleh dropshipper<\/em> juga terbilang sangat kecil karena tidak mengeluarkan modal pembelian barang. Selain itu, seorang dropshipper<\/em> dapat memasarkan berbagai barang sekaligus yang didapatkan dari beberapa pemilik produk. <\/p>\n\n\n\n

7+<\/strong> Perbedaan Reseller<\/em> dan Dropship<\/em> <\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Seorang reseller<\/em> akan melakukan serangkaian proses berdagang, mulai dari perolehan produk, penyimpanan, hingga pemasaran. Sementara itu, dropship<\/em> lebih lazim berkutat pada persoalan pemasaran. <\/p>\n\n\n\n

Ada berbagai perbedaan antara reseller<\/em> dan dropship<\/em> dilihat dari berbagai sisi. Beberapa perbedaan tersebut adalah sebagai berikut. <\/p>\n\n\n\n

1. Stok produk<\/h3>\n\n\n\n

Seorang reseller<\/em> pasti memiliki dan menyimpan stok fisik dari produk yang akan dijual. Sementara itu, dropshipper<\/em> tidak memiliki stok fisik. Oleh karena itu, dropshipper <\/em>harus bekerja sama dengan pemasok barang yang bersedia mengirimkan produk kepada konsumen atas nama dropshipper<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Jika produk yang dimiliki telah habis, maka reseller<\/em> memiliki akses yang lebih mudah kepada sumber produk. Sebaliknya, seorang dropshipper<\/em> tidak dapat meneruskan bisnisnya jika pihak yang menjadi pemilik produk tidak bersedia kembali menyediakan barang. <\/p>\n\n\n\n

2. Pengelolaan produk<\/h3>\n\n\n\n

Karena menyimpan stok barang, maka seorang reseller<\/em> akan bertanggung jawab atas manajemen stok, termasuk penyimpanan, pengaturan, dan memastikan ketersediaan produk untuk dijual sehingga diperlukan inventory management<\/em><\/a> yang baik. Hal ini tidak perlu dilakukan oleh seorang dropshipper<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

3. Pengiriman produk<\/h3>\n\n\n\n

Seperti penjual online<\/em> pada umumnya, reseller<\/em> memiliki tanggung jawab terhadap semua proses transaksi, termasuk proses pengiriman produk kepada konsumen. Namun, tanggung jawab tersebut tidak dimiliki oleh seorang dropshipper<\/em>. Proses pengiriman barang yang berhasil dijual oleh seorang dropshipper<\/em> akan ditanggung oleh pedagang yang memiliki stok barang. <\/p>\n\n\n\n

4. Risiko dan modal awal<\/h3>\n\n\n\n

Untuk menjadi seorang reseller<\/em>, tentunya membutuhkan modal yang lebih besar dibanding dropshipper <\/em>sehingga kadang memerlukan pinjaman modal<\/a> karena harus membeli barang terlebih dahulu. Oleh karena itu, risiko yang harus ditanggung reseller<\/em> juga lebih besar. Seorang reseller<\/em> juga membutuhkan tempat penyimpanan barang, sehingga umumnya memiliki toko fisik. Berbeda dengan dropshipper <\/em>yang tidak perlu menyediakan gudang atau toko fisik karena ditanggung oleh supplier<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

5. Kontrol kualitas produk<\/h3>\n\n\n\n

Sebagai pemilik produk jual, reseller<\/em> dapat mengontrol berbagai hal yang berkaitan dengan produk tersebut. Seorang reseller<\/em> dapat memahami secara pasti mengenai produk sehingga dapat mencari nilai untuk ditawarkan. Sebaliknya, dropshipper<\/em> tidak dapat mengontrol apapun terkait produk karena tidak memiliki stok. <\/p>\n\n\n\n

6. Branding<\/em> <\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Karena memiliki kontrol terhadap barang yang akan dijual, seorang reseller<\/em> dapat melakukan upaya lebih untuk menambah nilai jual produk, seperti strategi pemasaran<\/a> dan menambah kemasan agar lebih menarik. Sementara itu, seorang dropshipper<\/em> lazim yang akan mengikuti kebijakan dari pemilik produk yang dipasarkannya sehingga tidak leluasa dalam pemasaran. <\/p>\n\n\n\n

7. Cara pelayanan ke konsumen<\/h3>\n\n\n\n

Saat seorang reseller <\/em>menerima pesanan, tugasnya meliputi pengemasan dan pengiriman barang, yang berarti biaya dan tanggung jawab atas proses tersebut sepenuhnya menjadi tanggungannya. Tak hanya itu, ia juga bertugas berkomunikasi langsung dengan konsumennya. Sebaliknya, ketika berperan sebagai dropshipper<\/em>, peran Anda terbatas hanya pada menyampaikan pesanan kepada supplier<\/em>. Dalam hal ini, urusan pengemasan dan pengiriman menjadi tanggung jawab penuh dari pihak supplier <\/em>sehingga Anda hanya sebatas menyampaikan pesan dari konsumen ke supplier <\/em>saja.<\/p>\n\n\n\n

Baca juga :<\/strong> Hutang Usaha : Definisi, Ciri, dan Tips Mengelola dalam Bisnis<\/a><\/p>\n\n\n\n

Kelebihan dan Kekurangan Reseller<\/em> dan Dropship<\/em><\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Baik sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan, menjalankan bisnis dengan teknik reseller<\/em> dan dropship<\/em> tentu memberikan keuntungan dan kekurangan tersendiri. <\/p>\n\n\n\n

1. Reseller<\/em><\/h3>\n\n\n\n

Kelebihan:<\/h4>\n\n\n\n