Kepada para rekan-rekan terhormat,
Era Baru untuk Asia Tenggara
Kita sedang berada di awal era baru untuk Asia Tenggara dan juga untuk perusahaan.
Ketika kami memulai perjalanan ini sambil mengendarai sepeda motor untuk mengunjungi warung-warung 6 tahun yang lalu, masih banyak usaha mikro yang masih membayar tagihan secara tunai, masih menggunakan mesin EDC yang besar untuk mentransfer dan menerima pembayaran, atau melakukan pembukuan dengan cara lama – dengan pulpen dan kertas.
Hingga akhirnya saat ini: usaha mikro cukup mengandalkan smartphone mereka untuk melakukan semua tugas tersebut. Semua ini tercapai oleh kerja keras tim kita. Berkat Anda, lebih dari 200.000 bisnis di Indonesia dan Singapura kini dapat mengirim dan menerima pembayaran, mengotomatiskan pembukuan dan pelaporan keuangan, mendapatkan kredit pinjaman, dan bahkan mengakses blockchain secara online melalui smartphone mereka. Untuk para pemilik usaha mikro, ini adalah solusi yang mengubah hidup mereka
Dengan smartphone sederhana di kantong pemilik usaha yang dibekali dengan solusi keuangan kita, mereka dapat berlari mendahului persaingan yang ada, menggandakan atau bahkan melipatgandakan pendapatan, dan memperluas bisnis mereka. Kemampuan berkompetisi ini juga telah membantu pemilik usaha mikro bertahan dari krisis ekonomi baru-baru ini.
Melihat warung-warung di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang mendapatkan manfaat dari layanan kita, sungguh merupakan suatu kebanggaan tersendiri dan juga sebagai pengingat akan tanggung jawab serta dampak sosial yang bisa kita berikan.
Namun, sekarang kita perlu lebih memperkuat tekad lagi untuk membantu mereka lebih dari sebelumnya.
Sejak dulu, usaha-usaha mikro merupakan kontributor utama terhadap perkembangan komunitas di Asia Tenggara. Mereka mewakili sebanyak 97% hingga 99% dari perusahaan dan sebanyak 60% hingga 80% dari lapangan kerja yang ada di negara-negara ASEAN. Mereka adalah sumber daya utama bagi sektor ekonomi di Asia Tenggara – dan sekarang mereka berada di bawah ancaman. Ketika seorang pemilik usaha mikro terpaksa tutup, maka itu berarti ada keluarga yang kehilangan mata pencahariannya.
Bahkan, usaha-usaha mikro sekarang berada dalam posisi yang lebih buruk jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda:
- Mereka punya likuiditas dan fleksibilitas yang lebih rendah dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis akibat krisis,
- Sebagian besar masih belum memiliki akses ke pembiayaan bank dengan kesenjangan pembiayaan diperkirakan mencapai nilai USD 300 miliar,
- Lebih dari 50% usaha mikro akan mengalami pengurangan profit lebih dari 50%, dan kurang lebih 26% usaha/bisnis besar akan mengalami hal yang sama
Jika kita tidak membantu mereka, maka kemajuan yang telah kita bawa akan sia-sia.Kita harus turun tangan secepat mungkin untuk membantu usaha mikro kembali pulih dan tumbuh kembali lebih kuat – menempatkan Asia Tenggara kembali berjaya di tengah kancah ekonomi global.
Peran Kita
Sembari memulai babak baru, saya banyak berpikir tentang apa arti dari semua kondisi di atas bagi perusahaan dan identitas kita.
Kita selalu menjadi perusahaan yang fokus pada percepatan akses keuangan untuk bisnis yang belum memilikinya. Upaya untuk membangun keuangan masa depan dengan teknologi terdepan dan untuk memperluas aksesnya ke semua orang dan bisnis akan selalu menjadi misi terpenting perusahaan kita.
Saya memulai perjalanan ini sebagai seorang anak dari keluarga pedagang di kota Jambi.
Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga dan pedagang pakaian.
Ayah saya bekerja sebagai pedagang barang kebutuhan muslim.
Keduanya juga terkendala oleh kurangnya akses keuangan dari perbankan.
Namun usaha mikro milik orang tua saya telah memberikan kehidupan untuk keluarga kami, termasuk karyawan mereka. Hidup yang sederhana ini bahkan bisa memberikan pendidikan yang mengubah hidup saya.
Saya ingin menekankan bahwa ketika kita membantu sebuah bisnis kecil, kita tak hanya membantu mereka dalam segi bisnis saja, tetapi juga membantu dalam segi kehidupan karyawan dan keluarga mereka. Pada saat yang bersamaan, kita juga berkontribusi meningkatkan PDB provinsi dari banyak kota kecil di negara kita.
Misi utama kita tetap sama, namun standar kita akan jauh lebih tinggi dari sebelumnya.
Kita bertekad untuk memperluas jangkauan layanan di luar Indonesia dan Singapura bagi usaha mikro lainnya yang sedang berjuang di Asia Tenggara. Dan kita tidak akan berhenti hanya sampai di layanan keuangan dasar saja. Tetapi kita juga ingin membuat sebuah layanan keuangan terdepan yang mudah tersedia bagi usaha mikro dan juga dapat memberi mereka keunggulan kompetitif sama seperti yang saat ini dinikmati oleh para perusahaan besar.
Satu Fazz
Untuk lebih mencerminkan siapa kita dan masa depan apa yang ingin kita capai, dengan bangga saya memperkenalkan Fazz, akun bisnis dengan teknologi terdepan yang melayani berbagai skala usaha di Asia Tenggara. Dengan Fazz, kita berada dalam posisi yang lebih baik untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan bisnis serta ekonomi di Asia Tenggara.
2 tahun mendatang akan menjadi periode penting bagi kita untuk: memperluas jangkauan ke lebih banyak wilayah; melayani lebih banyak kategori bisnis; dan memperbesar cakupan layanan keuangan di aplikasi kita. Walau sudah banyak yang kita lakukan, namun masih banyak pula hal-hal yang bisa kita kembangkan untuk membangun masa depan sektor keuangan di Asia Tenggara.
Tahun ini, kita sudah memulainya dengan kuat:
- Memperluas cakupan geografi perusahaan dari Indonesia ke Singapura;
- Memperbanyak kategori bisnis yang dilayani untuk menjangkau lebih banyak bisnis, termasuk FMCG, F&B, grosir, distributor, start-up e-commerce, dan start-up D2C;
- Memperlengkap layanan keuangan yang disediakan, meliputi transfer, kredit, BNPL, pengelolaan pengeluaran, tabungan dengan imbal hasil tinggi, dan pembukuan usaha.
Saya sangat bangga dengan apa yang sudah kita bangun sejauh ini, tapi di saat bersamaan saya juga sangat bersemangat untuk mencapai tujuan yang akan kita capai selanjutnya.
Mari kita terus pertahankan momentum ini dan bangun masa depan yang lebih cerah untuk Asia Tenggara.
Hendra Kwik
CEO, Fazz